Penang: The Photogenic Georgetown

“Daripada ke Kuala Lumpur, mending ke Penang. Itu kota cantik, lho.” Kira-kira seperti itulah yang dikatakan oleh beberapa orang temanku setahun silam. Aku tak meng-iya-kan, tak pula mengingkari, karena toh aku belum pernah ke sana. Pun bagiku, setiap tempat punya daya tarik dan kecantikan tersendiri yang tak bisa begitu saja dibandingkan dengan tempat lainnya, terlebih lagi jika variabel pembandingnya berbeda dan sangat personal, seperti gunung vs laut atau kota vs desa. Mark Twain mengatakan, “Comparison is the death of joy.”

Sekitar pukul 9 pagi waktu Penang, pesawat yang kami naiki pun mendarat di Penang International Airport. Sepintas bandara ini cukup sepi untuk ukuran bandara internasional, atau mungkin karena kami datang saat weekdays dan di terminal domestik, entahlah. Hal pertama yang selalu aku lakukan saat tiba di suatu tempat, terutama bandara adalah check in di Foursquare dan beruntungnya bandara ini memberikan akses wi-fi gratis tanpa batasan waktu seperti di KLIA2 kemarin. 5 menit kemudian, kami sudah ada di bagian depan bandara, menunggu bis Rapid Penang 102 / 401E. Tujuan pertama kami adalah ke Komtar, untuk mencari tiket bis ke Singapore besok malam. Secara ongkos pun lebih murah jika kami ke Komtar dulu daripada langsung ke Georgetown, karena dari Komtar ada shuttle gratis ke sana.

Komtar

Komtar dikenal sebagai sebuah terminal, padahal bukan. Komtar adalah sebuah pusat perbelanjaan yang memang menyediakan area khusus bagi bis Rapid Penang berhenti sejenak untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Seluruh bis Rapid Penang, pasti akan melewati Komtar, termasuk shuttle bus gratis dari pemerintah setempat. Bedanya, bis lain akan masuk ke area khusus sementara shuttle hanya melewati bagian luarnya saja. Posisi Komtar sangat penting bagi pariwisata dan transportasi, terutama biaya transportasi turis. Dari bandara ke Georgetown misalnya, kalau langsung beli tiket ke Georgetown biayanya sekitar RM4, tapi kalau kita turun di Komtar dan melanjutkan perjalanan dengan shuttle bus, maka cukup bayar sekitar RM2,1. Lumayan.

Selain akses transportasi lokal, di Komtar juga ada tempat makan murah dan agen penjual tiket bis antar kota, bahkan ke Singapore dan Thailand. Makanan murah di sini seperti halnya “nasi kucing” yang terkenal di Pulau Jawa. Lauknya berbeda-beda, ada telur (setengah) dan ikan bilis, yang dicampur dengan kuah dan sambal. 1 porsi nasi dihargai RM1, kalau kelaparan, beli 2 atau 3 bungkus sudah mengenyangkan. Selain “nasi kucing” ini, ada juga menu lain dengan harga yang cukup terjangkau, paling mahal sekitar RM8.

Georgetown

Georgetown adalah pusat turisme Penang. Di tempat inilah seluruh penginapan dan atraksi utama Provinsi Pulau Pinang berada. Kesan pertamaku ketika sampai di area ini adalah, “Ini Malaysia?” Aku berpikir demikian bukan tanpa alasan. Georgetown sangat multi-kultural, sampai-sampai yang aku lihat mayoritas adalah orang Tiongkok dan India, entah di mana orang Melayu Malaysia-nya. Ada yang tahu? Sebagai salah satu UNESCO World Heritage Site, mayoritas area Georgetown adalah kota tua yang dihiasi oleh ratusan street art di dinding bangunan-bangunannya. Setiap street art bercerita tentang sesuatu, yang umumnya adalah tentang sejarah dan kebudayaan di Penang. Berencana melihat seluruh karya street art di Georgetown? Tampaknya kita akan butuh waktu 3 hari dan stamina untuk jalan kaki yang cukup prima.

Selain street art, daya tarik Georgetown yang paling menonjol adalah wisata kulinernya. Saat malam hari, di sepanjang Lebuh Chulia, Jalan Masjid Kapitan Keling dan Little India, kita akan menemukan puluhan penjual makanan besar dan kecil yang sangat menggoda untuk disambangi. Teguhkanlah iman cacing dalam perut sebelum ke area ini. Yang sempat aku cicipi adalah Restoran Liyaqatali (Warung Nasi Kandar Beratur) yang dikelola oleh orang India. Restoran ini terletak persis di samping kanan Masjid Kapitan Keling dan baru mulai buka mulai pukul 22.00. Pastikan jam 21.00 kita sudah sampai dan berdiri mengantri, karena kalau tidak, cobain sendiri deh. Harga makanannya variatif, tergantung menu yang kita pilih. Untuk sepiring nasi, telur dadar dan sayur yang aku pilih, aku harus membayar sekitar RM3,2 dan RM1,5 untuk Tea Ice (teh tarik). Rasanya enak dan sensasi antriannya luar biasa.

Penang Hill

Dari Komtar, aku menaiki bis Rapid Penang nomor 204. Perjalanan membutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan ongkos RM2. Penang Hill dikenal juga dengan nama Bukit Bendera, adalah sebuah titik tertinggi (nampaknya) yang ada di Pulau Penang. Bis akan mengantar sampai ke stasiun kereta di bawah bukit. Untuk sampai di atas bukit ada 2 cara, “the hard way” or “the hardest way”. “The hard way” adalah dengan trekking menaiki bukit melalui jalan di samping kiri gerbang stasiun, jarak tempuhnya sekitar 900 meter, menanjak 60 derajat. Sementara “the hardest way” adalah dengan naik kereta khusus (funicular train) menaiki bukit dengan tarif RM30 (pulang pergi) atau RM17 (sekali jalan). Meski kantongku tipis, aku dengan sukarela dan sedikit terpaksa menempuh “the hardest way”. But it’s worth to try karena keretanya berbeda dan pengalamannya unik.

Waktu paling pas, bagiku, untuk datang ke Penang Hill adalah setelah jam 19.00 dan bukan saat liburan sekolah / public holiday / weekend. Pertama, karena ada diskon 50%. Kedua, di atas nanti kita bisa lihat city light. Terakhir, jika beruntung, kita bisa lihat sunset dari puncak bukit. Saat weekdays tempat ini akan tutup sekitar pukul 21.00 sementara saat weekend akan tutup sekitar pukul 22.00. Sila layari www.penanghill.gov.my untuk maklumat lebih lengkapnya.

The photogenic

Buat yang suka koleksi foto-foto unik dan lucu, meski foreground foto tidak photogenic, bangunan, makanan dan street art di Penang bisa membuat hasil foto jadi terlihat photogenic. Bagiku, Penang adalah tempat yang paling pas bagi penyuka fotografi karena setiap sudutnya mempunyai area yang sangat photogenic. Untuk pre-weding atau bulan madu pun tempat ini rasanya sangat asyik. Kalau ada yang berniat untuk menjelajahi pulau ini selama seminggu penuh, ada baiknya membeli “Tourist Passport” seharga RM30. Dengan kartu ini, kita bisa mengakses seluruh bis Rapid Penang selama seminggu penuh dengan bebas, bahkan ada juga diskon spesial di beberapa merchant khusus, restoran dan lain-lain.

Jadi kapan kalian mau ke Penang (lagi)?

Georgetown, 11 – 12 Juni 2014.

Salam.

Share

Leave a Comment


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


Ijul

9 years ago

Hai, seru banget jalanjalan di Penangnya.

Aku sebenarnya pengin ke Penang, tapi "cuman" kepingin ke Penang Times Square (ada book fair Maret ini). Berangkat dari Medan-Penang pagi, lalu balik ke Medan lagi sore itu juga. Nah, ini udah kebayang dari Bandara ke Komtar terus naik bus 204 ke Georgetown turun PTS. Nah, yang belum ngeh baliknya ke Bandara. Berencana sih dari PTS jam 3-an gitu ke bandara, untuk penerbangan jam 6, kira-kira cukup nggak, ya? Terus ada saran nggak mesti naik apa, taksi recommended nggak? Untuk ngejar waktu aja? Thanks.

Pradikta Dwi Anthony

9 years ago

Hai Ijul,

Barusan saya cek Google Maps, tampaknya kalau dari bandara letak PTS itu sebelum Komtar, jadi semestinya bus RapidPenang 102 dari bandara lewatin. Kalau pun ga lewatin, jalan kaki pun dekat, cuma 1 Km aja kok. Rute baliknya sama aja kayak dari bandara ke PTS / Komtar, naik bus yang sama. Untuk alokasi waktu, bus ke bandara cenderung pelan jalannya, jadi butuh waktu sekitar 30-45 menit perjalanan. Saran saya dan berhubung itu flight internasional, maksimal jam 15.30 Ijul udah jalan dari PTS / Komtar.

Semoga informasinya membantu.

Salam.

@TravellersID you can buy royalty-free license of stock photo and stock video; search, compare, and book cheap flight ticket, hotels, and car rental around the world; or hire us for social media management, content writing, or video production services.