Pemikiran ini berawal dari sebuah pertanyaan sederhana, "Traveler sejati itu yang kayak gimana, sih?" Dulu aku hampir pasti akan berpikir bahwa traveler sejati adalah yang sering sekali traveling (ke tempat wisata), bahkan mungkin dia selalu berkelana dan jarang pulang ke rumah. Sampai akhirnya aku sadar, bahwa itu tidak sepenuhnya benar.
Tentu kita semua tahu bahwa "traveler" berasal dari kata "travel", yang oleh Wikipedia diartikan sebagai, "Travel is the movement of people between relatively distant geographical locations...." Sementara "traveler" berarti seseorang yang melakukan perjalanan dan "melakukan perjalanan" biasa disebut dengan "traveling".
Noob question: "Di bagian manakah dari definisi tersebut yang menyebutkan bahwa traveling itu harus pergi ke tempat (atau untuk tujuan) wisata?" Aku yakin tidak ada dan tidak akan pernah ada, karena sejatinya traveling hanya berarti "melakukan perjalanan" tanpa peduli tempat apa yang kita tuju dan untuk tujuan apa. University of Florida mencatat beberapa tujuan traveling, diantaranya adalah untuk keperluan bisnis, wisata, religi, bahkan perdagangan. Lihat kata yang aku cetak tebal kan? Wisata hanyalah salah satu diantara sekian banyak tujuan traveling, bukan satu-satunya apalagi tujuan utama.
Pasal 1 (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa "Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara."
Have you see the difference between travel and tourism?
Travel dan tourism maknanya sangat berbeda. Travel tidak menuntut seseorang harus berwisata, namun tourism (mungkin) mengharuskan seseorang untuk travel. Karena itulah dalam industri jasa dikenal bisnis bernama "tour and travel services". Bisnis "travel services" biasanya melingkupi pemesanan tiket pesawat / kereta api dan akomodasi, serta penyewaan kendaraan. Sementara bisnis "tour services" melingkupi pengaturan lengkap perjalanan wisata, baik sendiri maupun rombongan.
Lalu Siapakah Traveler Sejati?
Akhir-akhir ini makin banyak orang yang menyebutku sebagai traveler sejati, cuma karena aku sering traveling. Makin banyak pula yang menisbatkan diri sebagai traveler sejati cuma karena ia telah banyak keliling berbagai daerah / negara. Se-simple itu kah? Jika memang se-simple itu, maka yang paling pantas dinobatkan sebagai traveler sejati adalah.........
Ya, Perusahaan Otobus Antar Lintas Sumatera (PO ALS) ini memiliki rute Banda Aceh - Surabaya. Selain PO ALS, ada juga PO Langsung Indah yang memiliki rute Jakarta - Bima. Anggaplah waktu tempuh mereka (supir) dari titik awal sampai titik akhir itu 5 hari, maka setidaknya 2 minggu sekali mereka akan berada di Aceh / Bima. Bandingkan dengan kita (di Jakarta) yang mungkin hanya ke Aceh / Bima paling bagus sebulan sekali. Atau coba bandingkan dengan anak buah kapal PELNI yang dalam sekali perjalanan membutuhkan waktu 2 minggu. Siapakah yang lebih sering traveling? Kita atau mereka?
Benar bahwa, mungkin saja, mereka belum pernah naik Gunung Semeru atau diving di Raja Ampat, tapi itu kan wisata / kegiatan outdoor, bukan traveling (melakukan perjalanan). Seperti yang sudah aku bahas di atas, traveler adalah orang yang traveling, bukan orang yang berwisata. Karena yang berwisata adalah turis.
Masih berpikir bahwa kita (yang suka berwisata) adalah traveler sejati? Masih berpikir bahwa traveling is about tourism? Correct me if I'm wrong, please.