Setelah menikmati "sunset terakhir" lalu beres-beres dan sedikit packing barang bawaan, pukul 19.05 WIB kami beranjak menuju ke pusat souvenir Karimunjawa. Letak pusat souvenir ini tidak begitu jauh dari penginapan kami, karena hanya terletak di gang belakang penginapan atau persis di seberang Homestay Prapatan (zoom in peta di atas untuk lebih jelasnya).
Di tempat ini terdapat banyak souvenir khas Karimunjawa, mulai dari kaos obolong, kain pantai, pernak-pernik, gantungan kunci, gelang kayu stigi dan kalimasada, hingga ikan asin dan rumput laut kering. Harganya pun variatif, tergantung kemampuan kalian menawar. Sayangnya gue ga bisa kasih tahu harganya berapa, bukan, bukan karena gue ga mau ngasih tahu, tapi karena gue ga beli apa-apa. Tapi kata temen yang beli sih harga kaosnya itu Rp50.000 - Rp Rp80.000,00 tergantung jenis dan bahannya. 😀
Jangan bingung kenapa gambar yang nongol malah papan nama itu, sengaja gue kasih gambar itu biar kalian ga bingung sama yang gue maksud dengan Homestay Prapatan. *alesan* 😛
Setelah sekitar 15 menit kami berbelanja, eh maap maksudnya setelah 15 menit temen-temen gue belanja, kami pun menuju ke Alun-alun untuk makan malam dan menikmati suasana "malam terakhir" di Karimunjawa dipayungi bulan purnama dan kerlip bintang nun jauh disana (#tsahhh).
Sebagaimana gue ceritain di awal perjalanan, letak Alun-alun ini ga jauh dari penginapan kami, dengan begitu juga berarti letak Alun-alun ini ga jauh dari pusat souvenir. Ngerti kan maksud gue? #okesip. Btw, gue udah cerita belum yak sebelumnya kalau di Karimunjawa ini cuma ada 1 bank dengan 1 ATM? Anggap aja belum deh ya. Di Karimunjawa (Oktober 2012) cuma ada 1 bank dengan 1 mesin ATM-nya, yaitu Bank Rakyat Indonesia a.k.a BRI. Letaknya ga jauh kok dari Alun-alun, ga perlu sampai LDR juga, tenang aja. 😛
Di Alun-alun Karimunjawa ini banyak pilihan makanan, cuma menurut beberapa sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, yang paling wajib dicoba sih ikan bakar. Gue juga ga tahu pasti ikan bakar dimana yang paling enak, tapi selama beberapa malam gue disini sih selalu makan di Warung Ibu Zawanah, letaknya paling pojok kiri kalau dari arah BRI tadi itu.
Sebelum beli sih gue agak ragu, bukan soal rasanya kan belum nyoba, tapi karena si Bu Zawanah ini ga bisa ngomong pakai Bahasa Indonesia. Untung gue pernah menimba ilmu di tanah Jawa, jadi little-little I can, lah. Yang bikin gue takjub adalah, harga seporsi ikan bakar ukuran gede dan cumi-cumi yang juga ukuran gede itu masing-masing cuma Rp25.000,00 (Oktober 2012), padahal kalau di Jakarta yang segede ini mah bisa Rp50.000,00 lebih tuh. :O
Di foto itu sengaja ga gue kasih lihat mukanya Ibu Zawanah, toh juga kalian ga pengen lihat mukanya kan? Mending nyobain masakannya aja deh ga usah aneh-aneh. 😀
Selesai pesan makanan, kami pun kembali ke tengah Alun-alun ke waktu dan tempat yang telah disediakan. Lumayanlah lesehan di rumput beralaskan tikar berbalut kehangatan pertemanan baru dipayungi bulan purnama. *STOP!*
Biar kalian ga penasaran, kira-kira begini nih penampakan ikan dan cumi bakar pesanan gue. Berhubung gambarnya di ambil pakai kamera HP, termasuk juga foto-foto lain di hampir seluruh artikel yang ada di blog gue ini, jadi gue mau kasih tahu bahwa apa yang kalian lihat di gambar ini belum tentu sama persis dengan kenyataannya. #apasih
Puas bercengkerama sambil makan malam, kami pun kembali ke penginapan soalnya besok pagi-pagi harus bangun buat kembali ke Pelabuhan kartini, Jepara, lalu lanjut ke terminal dan naik bus pulang ke Jakarta. Bagian pulang ini ga akan gue ceritain disini, soalnya sebagian besar foto udah ada di artikel tentang transportasi ke Karimunjawa.
Dengan berakhirnya cerita ini, berakhir pula perjumpaan kita dalam artikel dengan sesi Kepulauan Karimunjawa. Sekarang hutang gue ke kalian dan followers gue di Twitter adalah bikinin Panduan Wisata Kepulauan Karimunjawa. Sabar yee.