Masih dalam rangka libur Lebaran, setelah puas menyantap Timlo Sastro, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri pusat kota Solo menuju Keraton Surakarta Hadiningrat. Sebelum sampai ke bagian utama keraton, dari arah Pasar Gede, kami melewati Alun-alun Utara, dimana pintu masuk kawasan ini ditandai dengan sebuah gerbang besar di dekat patung Slamet Riyadi, patung yang menjadi semakin menarik jika dilihat di kala senja. By the way, bagi Anda yang sedang mengunjungi Kota Solo, sangat kami sarankan untuk berjalan kaki saja, karena letak masing-masing objek wisatanya saling berdekatan, atau setidaknya Anda bisa naik becak. 🙂
Begitu memasuki kawasan alun-aun ini, Anda akan disambut oleh rindangnya pohon beringin di sepanjang kiri dan kanan jalan, sangat membantu bagi pejalan kaki seperti kami. Tidak jauh dari gerbang, di sebelah kiri jalan, Anda akan menemukan Pasar Batu Mulia, Anda yang menyukai / mengkoleksi bebatuan wajib berhenti disini.
Puas melihat-lihat batu mulia, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri kawasan Alun-alun Utara ini. Tidak jauh dari Pasar Batu mulia ini, di sebelah kiri, terdapat semacam tempat kursus /belajar dalang (Padhasuka = Pasinaonan Dhalang Karaton Surakarta), yang tampaknya sudah lama sekali tidak dipakai. Tepat di sebelahnya, terdapat tempat Kerajinan Gamelan "Balai Agung". Tempat ini juga terlihat sepi namun masih terlihat beberapa orang yang sedang mengunjunginya.
Masih dengan berjalan kaki, kami pun melanjutkan perjalanan menuju pusat keris dan cinderamata yang berada di seberang Kerajinan Gamelan "Balai Agung" atau di sisi kiri Alun-alun Utara jika Anda masuk dari gerbang yang kami maksudkan sebelumnya. Di tempat ini Anda dapat menemukan berbagai macam cinderamata lokal yang umumnya berupa keris, blangkon, dan alat musik tradisional khas suku Jawa, setidaknya belilah satu sebagai oleh-oleh atau untuk menambah koleksi Anda di rumah. 🙂
Di bagian belakang Alun-alun Utara, terdapat Sasana Sumewa. Sasana Sumewa merupakan bangunan utama terdepan di Keraton Surakarta. Tempat ini pada zamannya digunakan sebagai tempat untuk menghadap para punggawa (pejabat menengah ke atas) dalam upacara resmi kerajaan. Di kompleks ini terdapat sejumlah meriam diantaranya di beri nama Kyai Pancawura atau Kyai Sapu Jagad. Meriam ini dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agung. Tepat di sebelah Sasana Sumewa ini, terdapat pula "Rumah Batik Galuh Kencana".
Sebelah barat kawasan Alun-Alun Utara, terdapat Masjid Ageng (Masjid Raya) Surakarta. Masjid raya ini merupakan masjid resmi keraton dan didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono III (Sunan PB III) pada tahun 1750 (Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan Islam). Bangunan utamanya terdiri dari atas serambi dan masjid induk. Namun sayangnya, kami tidak sempat mampir ke Masjid Raya Surakarta ini, mungkin Lebaran tahun depan. Amin. 🙂
Bagian utama dari seluruh kawasan ini adalah alun-alun. Alun-alun merupakan tempat diselenggarakannya upacara-upacara kerajaan yang melibatkan rakyat. Selain itu, alun-alun menjadi tempat bertemunya raja dan rakyatnya. Di pinggir alun-alun ditanami sejumlah pohon beringin. Di tengah-tengah alun alun terdapat dua batang pohon beringin (Ficus benjamina; Famili Moraceae) yang diberi pagar. Kedua batang pohon ini disebut Waringin Sengkeran (harifah: beringin yang dikurung) yang diberi nama Dewodaru dan Joyodaru.
Selesai sudah perjalanan kami di kawasan Alun-alun Utara ini, selanjutnya kami akan menuju Keraton Kasunanan Surakarta atau yang lebih populer dengan sebutan Keraton Solo.